Ajaran Islam Murni (AIM) Sesuai Al-Quran dan Hadits, berisi artikel yang sudah kami baca dan terjamin keabsahan sumbernya.

Thursday, 12 May 2011

Jalan Keluar Dari Fitnah

Banyak sekali jalan keluar dari fitnah dan kemungkaran yang menghadang kaum muslimin pada zaman ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu di sini. Namun kita akan sebutkan satu di antaranya, yang merupakan solusi utama dan asas dalam menanggulanginya. Siapa saja yang menemui jalan ini ia pasti termasuk orang-orang yang selamat dengan izin Allah Ta'ala.

Jalan itu adalah menuntut ilmu!

Ilmu merupakan jalan keselamatan dari fitnah-fitnah tersebut. Yaitu ilmu yang benar sebagai faktor utama penjamin keselamatannya dari fitnah. Setiap orang yang mendapat karunia ilmu maka ia berada di bawah naungan cahaya terang yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui cara selamat dari kebinasaan.

Ilmu yang dimaksud di sini adalah ma،¦rifatullah (mengenal Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan dalil-dalil), memahami syariat-Nya, hak-hak-Nya, hukum-hukum-Nya, janji-janji serta ancaman siksa-Nya. Pertama kali camkanlah bahwa engkau adalah hamba Allah. Engkau tidak diciptakan-Nya secara sia-sia. Ketahuilah bahwa Dia-lah Rabb yang telah menciptakan engkau, dan Dia-lah yang mengatur engkau. Renungilah hal itu dengan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya baik yang tersirat maupun yang tersurat. Yakinilah bahwa Dialah Allah yang mengatur dan memiliki engkau, yang telah mencurahkan nikmat-nikmat-Nya yang tiada terhingga kepada engkau.

Dan ketahuilah bahwa engkau hanyalah seorang makhluk. Milik Sang Pencipta dan Pemberi rezeki. Eng-kau sangat membutuhkan-Nya setiap saat. Dan engkau telah menikmati nikmat-nikmat-Nya yang terus mengalir tanpa henti.

Lalu sadarilah bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala telah membebani engkau, yaitu dengan perintah dan larangan-Nya. Dia memerintahkan dan mewajibkan engkau beribadah serta melarang dan memperingatkan engkau dari perkara haram supaya dijauhi. Perkara-perkara di atas wajib engkau ketahui. Pelajari dan tekunilah karena hal itu tidaklah sulit, bacalah Al-Qur'an dan kitab-kitab As-Sunnah seperti Shahih Al-Bukhari, Muslim dan lainnya. Di sana pasti engkau dapati pelipur lara dan obat yang manjur untuk setiap penyakit. Di sana juga engkau dapati kewajiban-kewajiban ibadah seperti shalat, thaharah (bersuci), dan rukun-rukun Islam lainnya. Di dalamnya juga terdapat keterangan bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala menjelaskan perkara-perkara mubah yang boleh kita nikmati untuk menyambung hidup, dan juga menjelaskan perkara-perkara haram dan sejenisnya.

Jika hal itu sudah engkau fahami, maka selanjut-nya ketahuilah bahwa di sana ada pahala dan siksa. Yaitu bilamana seorang hamba menjaga kewajiban-kewajiban ibadah itu, niscaya Allah akan memberinya pahala. Demikian pula bila ia menjauhi perkara haram semata-mata melaksanakan perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala،¦ala, ia akan diberi oleh-Nya pahala yang besar. Dan sadarilah bahwa jika ia melakukan perkara haram itu atau menganggapnya remeh (menganggapnya hal biasa sehingga dilanggar-nya), niscaya Allah akan menyiksanya. Apabila ia meninggalkan kewajiban, maka Allah akan menyiksanya karena itu. Dan siksaan itu ada yang disegerakan ada pula yang ditangguhkan, sebagaimana juga halnya pahala.

Bilamana semua itu telah engkau resapi, apakah engkau masih berbuat durhaka kepada Allah? Apakah engkau masih bisa terkicuh lantas berbuat maksiat? Maka dari itu, pelajarilah aqidah yang benar agar engkau tidak tertipu oleh juru-juru dakwah yang sesat, para ahli bid،¦ah, mu،¦tazilah dan lainnya. Ketahuilah bahwa aqidahmu akan senatiasa lurus selama engkau mempelajari aqidah Ahlus Sunnah dan berpegang teguh dengannya. Selanjutnya setelah engkau mengetahui perintah dan larangan Allah Ta'ala, pahala dan siksa-Nya, janganlah sekali-kali engkau terima ajakan yang membuatmu malas beribadah dan menjerumuskanmu ke dalam perbuatan haram. Anggaplah orang yang mengajak itu sebagai juru-juru kesasatan dan fitnah, yang merupakan cobaan Allah Subhannahu wa Ta'ala،¦ terhadap orang-orang jahil.

Mengetahui perkara-perkara tersebut merupakan asas dalam meraih keselamatan. Demikianlah terapi yang sangat gampang dan mudah. Dan alhamdulillah, di negara kita ini sarana dan prasarana menuntut ilmu mudah didapatkan.

Sarana-sarana itu sebagai berikut:

Majlis-majlis ilmu

Banyak sekali majlis-majlis ilmu yang diasuh oleh para alim ulama, mereka membacakan kitab-kitab ilmu di sela-sela waktu kosong. Engkau dapat mempelajari aqidah, hukum, nasihat-nasihat dan ilmu-ilmu lainnya. Jangan terlalu terpaku dengan pelajaranmu di sekolah atau madrasah yang hanya diperoleh dari guru saja. Karena pada umumnya mereka juga tidak memberikan porsi materi pelajaran yang memadai.

Rajin bertanya

Banyak sekali ulama-ulama yang dapat engkau hu-bungi melalui telepon ataupun bertatap muka langsung, supaya engkau dapat memetik ilmu yang bermanfaat dan benar melalui mereka

Buku-buku yang bermanfat

Banyak sekali buku-buku karangan ahli ilmu yang telah dicetak dan direvisi. Sehingga terjaga keakuratan dan kevalidan penisbatan buku-buku itu kepada penulis aslinya. Mereka adalah ulama pewaris nabi yang dapat dipegang ucapannya. Sandaran mereka adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Engkau dapat memiliki buku-buku terse-but dan dapat engkau baca dan telaah. Dan pergunakan-lah kitab-kitab syarah yang dapat dipercaya dan steril dari bid،¦ah-bid،¦ah untuk membantu memahaminya. Dengan demikian aqidah dan ilmu yang kamu miliki dapat terjaga dan tidak ternodai.

Janganlah engkau campur adukkan ilmu yang be-nar dengan ilmu yang menyimpang. Sebab di sana ba-nyak sekali beredar buku-buku ahli bid،¦ah, seperti buku-buku Syi،¦ah Rafidhah, Al-Asy،¦ariyah, Mu،¦tazilah dan lain-lain. Buku-buku tersebut ciri-cirinya sangat jelas, cukup engkau kenali penulisnya, apakah ia seorang syi،¦i rafidhi (penganut paham Syi،¦ah Rafidhah), atau seorang mu،¦tazili, asy،¦ari atau yang lainnya. Jauhilah buku-buku mereka dan jangan sekali-kali engkau membacanya. Jika engkau tidak mengetahui buku yang harus dibaca, tanyakanlah kepada para ulama, buku apa saja yang harus dibaca dan buku apa saja yang harus dijauhi. Semoga engkau menjadi seorang yang alim tentang Dienullah, insya Allah. Dengan jalur ilmu itulah engkau akan selamat dari segala fitnah dan kehancuran.ƒ}

Sesungguhnya jalan keselamatan hanyalah satu, yaitu jalan Allah yang lurus. Yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Al-An’am: 153)

Telah dinukil dari sebuah hadits shahih bahwa suatu ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menarik sebuah garis lurus, lalu menarik garis-garis ke kanan dan ke kiri dari garis yang lurus itu. Kemudian beliau bersabda:

هَذَا سَبِيْلُ اللهِ، وَهَذِهِ الْخُطُوْطُ الَّتِيْ عَنْ يَمِيْنِهِ وَيَسَارِهِ سُبُلُ الشَّيَاطِيْنِ. ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَ اللهِ تَعَالَى: (رواه أحمد والدارمي)

“Inilah (garis lurus) jalan Allah, sementara garis-garis ke kanan dan ke kiri itu adalah jalan-jalan setan”, kemudian beliau membaca ayat: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (HR. Ahmad dan Ad-Darimi)

Sebagian ulama mencontohkannya dengan pelepah kurma yang menjulur hingga ke tanah. Sekiranya seekor serangga merayap naik melalui batangnya, niscaya ia akan sampai ke atas dan dapat menikmati buah kurma yang diinginkannya, artinya ia telah selamat sampai ke tujuan. Lain ceritanya jika ia naik melalui pelepah daun kurma yang menjulur ke kanan dan ke kiri itu, baru saja ia mencoba merayap naik pasti sudah terjatuh. Batang itulah jalan Allah, sementara pelepah daun kurma itu adalah jalan-jalan setan. Jalan Allah yang merupakan shiratul mustaqim sangat jelas terlihat.

Sekarang ini kita berada pada zaman serba asing, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam sebuah hadits:

بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. (رواه مسلم)

“Dienul Islam itu pada mulanya asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana pada awalnya, maka Thuubaa (kebahagian/Surga bernama thuu-baa) bagi para ghuraba’.” (HR. Muslim)

Ada beberapa riwayat lainnya yang menjelaskan pengertian ghuraba’ sebagai berikut: “Mereka adalah orang-orang yang memelihara agamanya dari fitnah-fitnah.” Setiap kali fitnah datang menimpa harta, diri dan agamanya, ia akan menjauh menyelamatkan diri. Hingga agamanya tetap terjaga. Sebagaimana disebutkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam sebuah hadits:

إِنَّهُ فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ يُوْشِكُ أَنْ يَكُوْنَ خَيْرُ مَالِ أَحَدِكُمْ غَنَمٌ يَتَتَبَّعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ وَمَوَاضِعَ الْقَطْرِ يَفِرُّ بِدِيْنِهِ مِنَ الْفِتَنِ.

“Pada akhir zaman nanti sebaik-baik harta kalian adalah kambing-kambing yang digembalakannya di puncak-puncak bukit dan tempat-tempat penggembalaan, menjauhkan diri dari fitnah-fitnah demi menjaga agamanya.”

Orang-orang yang menjaga nilai-nilai agamanya merekalah yang disebut ghuraba’, dan merekalah yang mendapat doa dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam : “Berbahagialah para ghuraba’!”
Seorang muslim hanya selamat dengan memegang teguh nilai-nilai agamanya, ia harus mendahulukannya daripada yang lain. Seperti yang disebutkan dalam hadits:

إِذَا أَتَتْكَ فِتْنَةٌ فَقَدِّمْ مَالَكَ، فَإِنْ جَاوَزَتِ الْمَالَ فَقَدِّمْ نَفْسَكَ دُوْنَ دِيْنِكَ.

“Apabila datang cobaan/fitnah menimpamu, maka korbankan hartamu. Jika tidak dapat diatasi de-ngan harta, maka korbankanlah dirimu. Jangan sekali-kali kamu korbankan agamamu!”

Camkanlah nasihat tersebut, kami berharap semo-ga setiap muslim dapat mengembannya dengan sebaik-baiknya. Kita memohon kepada Allah semoga Dia mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat, dan menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Kita berlindung kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, doa yang tidak dikabulkan. Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menunjukkan kebenaran kepada kita dan memberikan kekuatan bagi kita untuk mengikuti-nya. Dan menampakkan kebatilan kepada kita serta memberikan petunjuk kepada kita untuk menjauhinya. Tidak menjadikannya samar sehingga kita tersesat. Kita memohon kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Dia mengokohkan agama ini yang merupakan pelindung segala urusan kita, dan menghindarkan kita dari fitnah-fitnah yang nyata maupun terselebung. Sesungguhnya Dia Maha Bijak-sana lagi Maha Mengetahui. Shalawat dan salam semoga tercurah atas junjungan kita Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, atas keluar-ga dan segenap sahabat beliau


AjaranIslamMurni.blogspot.com

No comments:

Post a Comment